free counters

Anugerah Yang Terindah


Pagi ceriaku kini telah kembali
menuntunku menuju hari yg baru
semua hal menyesak kan itu kini tlah hilang
kupikir... setidaknya Tuhan masih menyayangiku 

dan anugerah yg terindah ini semoga selalu bisa kurengkuh
sekalipun terbatas pada daratan diseberang sana
masih kutunggu hari terindah yg selalu aku rindukan
bersamanya... belahan jiwa.
dialah cinta... 

Sulit Tuk Meninggalkanmu


Saat ku mulai memiliki mu...
batin ku terasa berat tuk meninggalkanmu...
kau bagai anugrah yg tak terduga yg mendadak datang hampiriku...
ketika aku terjatuh dan tersungkur di lelahku...

saat ku semakin sayang padamu...
aku terpaksa pergi tuk melanjutkan jalan hidupku...
menempuh ruang dan waktu...
terpisah lautan dan daratan yg teramat jauh tuk melepas rinduku...

Mencintaimu

  kuinginkan hanya mencintaimu
sejak detik ini hingga nanti
dan tak usah kau perdulikan jarak ini
untukmu yang kucinta... aku pasti kembali

yakinkan hatimu... aku hanya milikmu
karena ku yakin kau hanya tercipta untukku
seperti seberkas cahaya bintang jatuh malam tadi
aku berharap aku bisa terus bersamamu.

Kamu Satu yang Kumau


Kamu satu cintaku

tak kan lagi kumenduakanMu

denganMu setiap hari mengalunkan lagu merdu


Kekasih andai aku cepat mengerti dulu

tentu tak perlu ada keluh kesah panjang itu


ternyata derita hanya perasaan dan itu semu

terlalu lama pikirku terpasung ukuran semu


bahwa yang begini begitu itu derita, ternyata tak selalu harus begitu

bahwa yang begini begitu itu bahagia, ternyata tak selalu harus begitu


letih kumengikuti manusia yang maunya macam-macam itu

kuputuskan untuk hanya mendengarkanMu


Kamu satu yang kumau

biarkan benih cinta ini tumbuh di hatiku

kan kusirami sepanjang waktu


senang berjalan di taman hati bersamaMu

bunga cinta mekar berseri selalu

wangi cintaMu aromaterapiku


bersamaMu segalanya menjadi indah bermutu

segala sesuatunya menjadi terperinci jelas bagiku


hidup dari cinta

hidup untuk cinta


aku lahir karena cinta

aku mau mati karena cinta


kumohon terimalah cintaku

tidakpun ku akan tetap cinta Kamu

kehadiranku sebatas pena


Aku hanya butiran pilu
Yang terseret dari rasa kelu
Hempasan oleh samudra rindu
Jangan kau coba tanya dan cari tau siapa aku
Karena dlm sekejab slalu hilang seperti hembusan bayu

Mungkin aku slalu hadir sbt kau sedih
Mencoba agar perihmu segera tersisih
Meski aku tak seperti orang kau sebut kekasih

Hadirku selalu bawa mimpi mimpi mesra
Terbangkan anganmu kedalam dunia fatamorgana
Dan aku hanya bisa mengbur seperti catatan pena
Tak dapat datang didunia nyata

Asal kau tau tiap kelug kesahmu kusimpan dlm memori
segera kuputar ulang agar bs mencari cari solusi
Lalu kukirim data rumus rumus agar kau dapat ceria kembali

Rasakan kehadiranku
Karena aku slalu ada untukmu
Mayakan aku
Karena tak akan menjelma dialam nyatamu

PULANG


Melanglang

bergerak perlahan

Pulang

melepas rindu tertahan

Berselang

tahun demi tahun terlewat

Bersulang

menepi pada setia terawatt

HADIRMU


Terasa indah hadirmu kala senja
Hari ini merindukan dirimu
Namun asa hanya dapat berharap
Kau ada disini kala senja ini
Kurindu dirimu
Sosok yang selalu mencoba mengertiku
Walauku tau tak mudah kau melakukan itu
Namun ingin mu begitu besar
Hatimu begitu sabar dan penyayang
Melumpuhkan lautan dingin dalam hatiku
Namun ketika hati merasa memelikimu
Mengapa kau berpaling untuk yang lain
Taukah kau betapa perih ku rasa
Begitu kelam hariku
Hanya berharapKau tau hadirmu dalam hatiku

Merindu


Kemarin…

Biru memendar tajam ke pekat malamku

membirukan hati yang terlanjur dikubur sepi

Begitu menyentak, menghentak dari retak

Mematahkan pokok kering bagi terbit pucuk bening

Esok…

Utopiskah mendekap Biru pada lengan berpeluh rapuh

Menampung indah samudera di telapak kecil kerdil ini

Kutanya, wahai Biru yang berparaskan rembulan dari langit

Tiada celahkah bagi dunia, bagi sahaya

Hari ini…

Biru tetap alfa untuk ceria binar mataku

Merangsang rentang bentang tarian pena

Menggauli kata meniduri bahasa

Demi rakitan cerita-cerita tentang Biru

Lalu,tak peduli Biru meminggir acuh menutup pintu

Kutulis puisi ini pada ruang jeda

Dan kuberanikan diri melagu…”Biru…, kumerindu…”