free counters

Kamu Satu yang Kumau


Kamu satu cintaku

tak kan lagi kumenduakanMu

denganMu setiap hari mengalunkan lagu merdu


Kekasih andai aku cepat mengerti dulu

tentu tak perlu ada keluh kesah panjang itu


ternyata derita hanya perasaan dan itu semu

terlalu lama pikirku terpasung ukuran semu


bahwa yang begini begitu itu derita, ternyata tak selalu harus begitu

bahwa yang begini begitu itu bahagia, ternyata tak selalu harus begitu


letih kumengikuti manusia yang maunya macam-macam itu

kuputuskan untuk hanya mendengarkanMu


Kamu satu yang kumau

biarkan benih cinta ini tumbuh di hatiku

kan kusirami sepanjang waktu


senang berjalan di taman hati bersamaMu

bunga cinta mekar berseri selalu

wangi cintaMu aromaterapiku


bersamaMu segalanya menjadi indah bermutu

segala sesuatunya menjadi terperinci jelas bagiku


hidup dari cinta

hidup untuk cinta


aku lahir karena cinta

aku mau mati karena cinta


kumohon terimalah cintaku

tidakpun ku akan tetap cinta Kamu

kehadiranku sebatas pena


Aku hanya butiran pilu
Yang terseret dari rasa kelu
Hempasan oleh samudra rindu
Jangan kau coba tanya dan cari tau siapa aku
Karena dlm sekejab slalu hilang seperti hembusan bayu

Mungkin aku slalu hadir sbt kau sedih
Mencoba agar perihmu segera tersisih
Meski aku tak seperti orang kau sebut kekasih

Hadirku selalu bawa mimpi mimpi mesra
Terbangkan anganmu kedalam dunia fatamorgana
Dan aku hanya bisa mengbur seperti catatan pena
Tak dapat datang didunia nyata

Asal kau tau tiap kelug kesahmu kusimpan dlm memori
segera kuputar ulang agar bs mencari cari solusi
Lalu kukirim data rumus rumus agar kau dapat ceria kembali

Rasakan kehadiranku
Karena aku slalu ada untukmu
Mayakan aku
Karena tak akan menjelma dialam nyatamu

PULANG


Melanglang

bergerak perlahan

Pulang

melepas rindu tertahan

Berselang

tahun demi tahun terlewat

Bersulang

menepi pada setia terawatt

HADIRMU


Terasa indah hadirmu kala senja
Hari ini merindukan dirimu
Namun asa hanya dapat berharap
Kau ada disini kala senja ini
Kurindu dirimu
Sosok yang selalu mencoba mengertiku
Walauku tau tak mudah kau melakukan itu
Namun ingin mu begitu besar
Hatimu begitu sabar dan penyayang
Melumpuhkan lautan dingin dalam hatiku
Namun ketika hati merasa memelikimu
Mengapa kau berpaling untuk yang lain
Taukah kau betapa perih ku rasa
Begitu kelam hariku
Hanya berharapKau tau hadirmu dalam hatiku

Merindu


Kemarin…

Biru memendar tajam ke pekat malamku

membirukan hati yang terlanjur dikubur sepi

Begitu menyentak, menghentak dari retak

Mematahkan pokok kering bagi terbit pucuk bening

Esok…

Utopiskah mendekap Biru pada lengan berpeluh rapuh

Menampung indah samudera di telapak kecil kerdil ini

Kutanya, wahai Biru yang berparaskan rembulan dari langit

Tiada celahkah bagi dunia, bagi sahaya

Hari ini…

Biru tetap alfa untuk ceria binar mataku

Merangsang rentang bentang tarian pena

Menggauli kata meniduri bahasa

Demi rakitan cerita-cerita tentang Biru

Lalu,tak peduli Biru meminggir acuh menutup pintu

Kutulis puisi ini pada ruang jeda

Dan kuberanikan diri melagu…”Biru…, kumerindu…”

Ku Pilih Bulan atau Matahari


kemudian kuingat, tapi ah, bagaimanakah aku, ya rasaku
dapat menyampaikan hasratku

dalam perjumpaan kita semalam
tapi tidak kujumpa kau semalam
kupilih bulan dan tidak kupilih matahari
tidak kupilih matahari dan kupilih bulan

Kemudian aku merasakan rasaku, seperti kutahu
jiwaku memilih dan dipilihkan

kuhasratkan kau dengan seluruh adaku tiada
kuhasratkan kau dengan seluruh gairahku
hingga gemetar tersiksa
tapi tiada kujumpa engkau
tiada pula kata kata dapat menjangkau

O, hidupku yang tersiksa karena bahagia
bicaralah dengan hatimu sendiri
dengan akumu sendiri
bukan seperti mimpi
tapi adalah kenyataan sebab kurasa
Tuhan bicara lewat hati kita

Satu


Kau tunggal
Sudah begitu sejak dulu
Engkau, entah mengapa menjelma
Dalam berbagai bentuk
Wujud
Aturan
Menghasilkan sebuah perbedaan
Namun, semua menuju kepada yg satu!
Yg maha tinggi
Maha berkuasa
Atas apa yg ada di bumi dan dilangit
Engkau satu
Aku tau
Kau akan buktikan itu
Lewat ajaranmu yg tak cacat!
Lewat perkataanmu yg suci!
Satu petunjuk
Satu jalan

Perjalanan Musim


kita sedang sama-sama mengemis janji

pada mendung yang tak juga mau menepi

kita sedang berlomba menahan tangis

akankah gerimis yang menjadi pemenangnya ?


disini musim dinanti dan dimaki

bencana membias pada bolamatanya

pada cekungan tulang pipinya

dan keriput tanah yang menua


aku mulai ragu pada segagang payung

dan sepasang angsa yang berenang di telaga

disini teratai mulai lunglai

pengantin kehilangan gairahnya

mereka menyantap hidangan

tanpa sayur dan butiran-butiran hijau

pada lembaran-lembaran hari yang dilaluinya


hujan dan air mata adalah sama bagi mereka

aku hanya bisa melihatnya

dalam perjalanan yang melelahkan

pohon-pohon berlari meranggas

sungai-sungai mengecil dibawah jembatan besinya

begitupun harapan dan bencinya (?)

pada pergantian musim berikutnya


masihkah mereka mengharapkan ratu adil

membagi musim dan bencananya

pada perjalanan nasibnya


Mabuk Cinta


Sentuh hari ini dengan cinta

Esok sentuh juga dengan cinta

Lalui hari hembuskan napas cinta

Alam menyambutmu dengan cinta

Mentari terbit di dada sang pecinta

Alam menari seharmoni gerak pecinta

Tiada hari tanpa melayang mabuk cinta


Pekerjaan kerjakan dengan cinta

Amboi hasilnya pun penuh cinta

Gelar senyum mengundang cinta

Itulah refleks sang pecinta


Tanah Rantau yang Membuatku Terasing


Tertatih dalam langkah yang mulai goyah
Tetap kutatap gerlap harap meski sekejap
Desau risau yang menceracau tak lagi kuhirau
Saat pekat lekat kan menjadi semburat dalam kilat sesaat

Semu….semua sama
Kata-kata ketakutan kita di kota
Asaku asamu asam di sesaknya kuas yang kuasa

Isak…menyeruak menyesak
Tangis…mengais-ngais dalam desis
Perih…rintih ini pun melirih


Ambillah


Kan ku letakkan cintaku barang sejenak
Memberi ruang bagiku agar dapat berpikir bijak
Mencoba tegar berdiri di atas realitas
Menentukan langkah mana yang paling pantas

Kan ku simpan rinduku sementara
Memberi waktu bagiku untuk berkaca
Baguskah penampilanku saat mendua
Atau dirinya harus kulupakan saja

Tak mudah menenangkan hati yang mencinta
Tak gampang meredam rindu yang membuncah
Gejolak rasa dan asa kian menggelora
Tenggelamkan jiwa dalam resah gelisah