Kemarin…
Biru memendar tajam ke pekat malamku
membirukan hati yang terlanjur dikubur sepi
Begitu menyentak, menghentak dari retak
Mematahkan pokok kering bagi terbit pucuk bening
Esok…
Utopiskah mendekap Biru pada lengan berpeluh rapuh
Menampung indah samudera di telapak kecil kerdil ini
Kutanya, wahai Biru yang berparaskan rembulan dari langit
Tiada celahkah bagi dunia, bagi sahaya
Hari ini…
Biru tetap alfa untuk ceria binar mataku
Merangsang rentang bentang tarian pena
Menggauli kata meniduri bahasa
Demi rakitan cerita-cerita tentang Biru
Lalu,tak peduli Biru meminggir acuh menutup pintu
Kutulis puisi ini pada ruang jeda
Dan kuberanikan diri melagu…”Biru…, kumerindu…”
0 komentar:
Posting Komentar